Berhenti Produksi Keramik 5 Tahun Lalu, Nurul Buka Kerja Sama

Berhenti Produksi Keramik 5 Tahun Lalu, Nurul Buka Kerja Sama

News, keldinoyo.malangkota.go.id – Kampung Wisata Keramik Dinoyo mengalami pergolakan yang cukup signifikan setiap tahun.

Sebut saja Kampung Wisata ini berjaya pada tahun 1953. Menurut catatan, sejarah perkembangan Industri Keramik di Malang bermula tatkala LEPPIN (Lembaga Penyelenggara Perusahaan-Perusahaan Industri Departemen Perindustrian) dibentuk (1953).

Baca juga: Mengenal Suhari, Pekerja Keramik Bersama Istri dan Anak

Sekitar empat tahun kemudian, pabrik keramik Dinoyo berdiri (1957). Pabrik ini mengenalkan sistem produksi slip casting (cetak tuang) dan jiggering (putar tekan) dengan teknologi cukup modern pada zamannya.

Kemudian Pabrik keramik Dinoyo itu tutup sejak tahun 2003. Padahal pabrik yang didirikan pada tahun 1957 itu merupakan salah satu proyek percontohan.

Hal tersebut akhirnya membuat masyarakat membuka usaha home industry.

Pergolakan seperti itu ternyata terjadi juga pada pedagang. Adalah Salah satu usaha produksi keramik dinyatakan tutup sejak lima tahun lalu.

Hal itu diakui oleh pemiliknya sendiri, Nurul yang didatangi pada senin, (03/02).

“Ya benar, usaha produksi keramik ini sudah saya tutup semenjak 5 tahun lalu. Namun meskipun tidak memproduksinya sendiri seperti biasa, saya tetap menjual produk-produk yang ada.

Caranya adalah dengan bekerja sama dengan teman saya. Hal ini sebenarnya sangat disayangkan apalagi dulu usaha ini sudah mulai sejak tahun 1998 dan telah banyak dikenal orang,” ungkapnya.

Nurul menyiasati “vakumnya” produk tersebut dengan cerdas. Berkat hasil kerjasama dengan temannya, hingga kini dia tetap menjual berbagai jenis keramik dan souvenir.

Baca juga: SEJARAH DINOYO

Hasil produk dari keramik ini menjual beragam jenis dan harga. seperti souvenir mulai dari harga Rp. 3000 hingga Rp 50.000.

Tidak akan cukup menguras dompet Anda untuk mendapatkan berbagai bentuk keramik dan souvenir yang berkelas.

Ukiran-ukiran unik hingga bernuansa alami atau souvenir yang memanjakan mata bisa dibawa sebagai oleole buat keluarga atau orang terkasih.

Bahan pokok yang digunakan dalam pembuatan keramik ini yaitu tanah liat putih yang dicampur dengan bermacam bahan lainnya yang memang sudah disediakan oleh pihak Pemerintah Kota Malang termasuk dalam lembaga industri keramik.

Nurul lanjut bercerita, alasan kenapa usaha produksi keramiknya sendiri tutup, padahal sudah lama telah bergelut di bidang tersebut dan bahkan telah banyak memberikan untung yang maksimal untuk kebutuhan sehari-hari.

“Karena dulu itu pekerjanya remaja-remaja yang belum menikah, dan setelah mereka menikah tidak lagi balik bekerja. sedangkan kalau mau mencari karyawan lagi itu susah yang bisa mengerjakan pekerjaan yang telaten seperti ini,” ujarnya.

Sulit menemukan orang yang berkonsisten bekerjalah yang akhirnya membuat Nurul menyiasati agar meskipun tidak memproduksi keramik sendiri, dia bekerjasama dengan pembuat keramik lainnya.

Anda bisa menemukan kisah seru dan menarik lainnya dengan mengunjungi langsung Kampung Wisata Keramik Dinoyo di Jl. Mt Haryono 9 No.336, Dinoyo, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur.

Anda bisa melihat postingan kami yang lain di Fanpage FB:Kampung Wisata Keramik, Instagram: Wisata Kampung Keramik

Kami menunggu dengan hati terbuka untuk kehadiran Anda bersama keluarga, sahabat dan pasangan!

 

*Pewarta: Barika

Publisher: Tini Pasrin

Kerajinan Keramik

SEJARAH DINOYO

Keramik

jika ditanyakan, kapan Desa Dinoyo mulai ada ?

Sumber utama keberadaan Desa Dinoyo adalah Prasasti Dinoyo. Prasati Dinoyo ini sekarang di simpan di Musium Gajah, Jakarta, Menjadi milik Negara dibawah kementrian Pendidikan dan Kebudayaan khususnya Dinas Purbakala. Prasati Dinoyo ( istilah yang dipergunakan oleh Dinas Purbakala ) berupa lempengan batu dengan tulisan menggunakan huruf Jawa Kuno. biasanya Prasati menggunakan huruf Pallwa. bedasarkan sumber ini sementara dapat disimpulkan bahwa Prasati Dinoyo usianya lebih muda dibandingkan dengan prasati kerajaan Kalingga atau Mataram Hindu.

Dalam Prasati Dinoyo tertulis CONDRO SENGKOLO ( Kode Tuhan  Saka ) yang berbunyi : NAYANA VASURASA. Jika diartikan adalah tahun 682 Saka atau tahun 760 Masehi .

Beberapa tulisan dalam Prasati Dinoyo tersebut memuat tentang sejarah Kerajaan KANJURUHAN. Isinya anatara lain sebagai berikut:

  • Adasebuah kerajaan bernama KANJURUHAN. ( Berbuah bunyi menjadi Kanjuruhan ).
  • Kerajaan ini dipimpin seorang Raja yang sakyi dan bijaksana bernama : DEWA SIMHA.
  • Setelah raja meninggal, digantikan oleh putranya yang bernama SANG LISWA.
  • Sang Liswa,terkenal dengan nama : GAJAYANA , dan menjaga istana besar yang di kenal dengan KANJURUHAN.
  • Sang Liswa memiliki putri benrnama SANG UTTIYANA. ( Dalam sejarah lain, RAja Gajayana tidak menikah dan menjadi Pertapa)
  • Raja Gajayana di cintai para baramana dan rakyatnya,karena membawa ketentraman di seluruh negeri.
  • Raja dan rakyatnya mengikuti ajaran mulia dari RSI AGASTYA.
  • Bersama Raja dan para pembesar negeri Resi Agastya menghilangkan penyakit.
  • Raja melihat Arca Agastya dari cendana milik nenek moyangnya.
  • Maka Raja memerintahkan membuat arca Agastya dari batu hitam yang elok.

 

Salah satu cara Agastya yang ada di dalam kawasan Candi Besuki, saat ini yang ada tinggal pondasinya saja. salah satu bukti peninggalan kerajaan Kanjuruhan yang masih ada, sekarang ini adalah Candi BADUT. ( Berada di wilayah kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang ).

Bukti fisik yang lain, bahwa daerah Dinoyodan sekitarnya adalah bekas sebuah kerajaan di temukannya patung Dewa Simha disekitar pasar Dinoyo lama, situs kolam pemandian keluarga raja ( dekat parik kramik Dinoyo ), situs kolam pemandian di kelurahan Telogomas, situs pondasi banguna besardi Kelurahan Mojosari, situs batu mirip Gong besar di kelurahan Telogomas, situs patung emas di sekitar Pasar Dinoyo sekarang.

 

Sejak kapan nama Dinoyo menggantikan nama Kanjuruhan ?

tidak jelas. Dalam sejarah kerajaan Singosari (abad 13) dan Majapahit (abad 15), nama Kanuruhan/Kanyuruhan masih disebut sebut sebagai nama daerah Mandala ( daerah wilayah kerajaan ).

Namun seiring dengan kehadiran EYANG AJI SINGGOMENGGOLO, prajurit Mataram Islam (abad 16), yang diyakini masyarakat Dinoyo sebagai orang dengan istilah tlatha DINOYO.

 

 

  1. Siapa Eyang Aji Singomenggolo

Pada tahun 2004, Ir. Swandi,  penulis buku “Bersih Desa Kelurahan Dinoyo Tahun 2004 “, bersama Drs. Suman sebagai Ketua panitia Bersih Desa, melakukan wawancaradengan salah satu keturunan Eyang Aji Singomenggolo yang bernama bapak SANADI (meninggal bulan Pebruari 2011). Kami kutip sebagai berikut : “Beliau (Bp. SANADI) seorang pensiun Pegawai Pemerintah Kotamadya Malang terhitung sejak tahun 1986 yang layak. Kehidupan beliau biasa bisa saja, bicaranya baik dan layak dipercaya serta tingkah lakunya dalam bermasyarakat patut diteladani serta riwayat hidupnya cukup baik.

Beliau bercerita banyak tentang perjalanan seorang Aji Singomenggolo ini secara lisan, yang dapat diuraikan dalam bentuk tulisan seperti bawah ini..

 

  1. Sejarah Singkat BABAD ALAS Dinoyoejarah

(Dirangkai dengan gaya bahasa bertutur berasal dari legenda dan cerita rakyat )

 

Konon, AJI SINGOMENGGOLO, adalah prajurit PAjang yang lahir di bumi Ponorogo, oleh karena iku, beliau bersama dengan anggota keluarga dan sahabatnya ingin menyingkir dari Pajangmenuju Ponorogo, beliau merasa tidak nyaman dan tidak puas. Bersama tidak kurang dari 150 keluarganya, beliau meninggalkan bumi Ponorogo menuju ke arah timur.

Sampailah rombongan keluarga besar ini di tempat yang masih berwujud semak belukar, bahkan masih berupa hutan belantara. Namun karena dipandang tanahnya sangat sabur maka di putusaknuntuk bertempat tinggal di tempat yang baru ini. Di kemudian hari, tanah ini disebut dengan TLATAH DINOYO. diperkirakan Babad Alas Dinoyo ini dilakukan pada Tahun 1592 Masehi.

 

  1. Beberapa Nama Sahabat dan Kerabat.

 

Nampaknya Eyang Aji Singomenggolom mempunyai anggota keluarga/kerabat dan sahabat yang rata-rata mempunyai kemampuan sebagai prajurit/tentara. (Kebiasaan masyarakat Jawa, menggunakan nama gelar: SINGO, sebagai orang yang mengaku jabatan prajurit/kepala keamanan). Beberapa nama ini mempunyai jabatan kepala wilayah (palang)